Secara umum, Akordeon membentuk sebuah bagian integral dari berbagai genre musik dan dari berbagai wilayah. Dalam artikel ini, Kerry Panara berbagi pengetahuannya dalam sejarah akordeon, bagaimana akordeon dapat berkembang dan berevolusi menuju dunia digital.
Dikontribusikan oleh Blogger Tamu Kerry Panara untuk Blog Roland Australia
Tentang Kerry:
Kerry Panara adalah seorang musisi & guru berbakat. Dia belajar dan menyelesaikan program Diploma dalam bidang Musik (Akordeon Piano) dan ikut bertanding dalam kompetisi Australian Open Accordion Eisttedford pada tahun 1979. Dia telah tampil dengan pemenang 2 kali penghargaan Grammy Lucky Oceans (American Country & Western band Asleep at the Wheel), dan telah mendukung The Highway Men – Johnny Cash, Willie Nelson, Waylon Jennings & Kris Kristofferson.
Kerry Panara adalah seorang Blogger Tamu. Dengan demikian, pandangan dan pendapat yang diungkapkannya di sini tidak selalu menyatakan atau merujuk ke Perusahaan Roland.
Sejarah
Asal usul Akordeon Piano selalu menjadi topik yang subjektif. Secara historis, alat musik ini terinspirasi oleh Sheng(笙), sebuah instrumen dari China yang telah berusia sekian abad lamanya yang terdiri dari corong mulut, pipa bambu, kotak resonator, dan ruang udara yang menciptakan sebuah nada tiup yang “bergetar bebas”. Komponen-komponen yang serupa membentuk basis dari produksi suara akordeon yang telah kita kenal pada hari ini.
Cyrillus Damian, seorang pembuat instrumen dari Wina mematenkan nama Akordeon pada tahun 1829. Namun, penampilan akordeon untuk pertama kali sejatinya terjadi pada tahun 1822 oleh seorang pembuat instrumen Jerman bernama Christian Friedrich Buschmann yang menciptakan sebuah keyboard dengan nada tiup yang bergetar bebas di dalamnya dan memasangkan expanding bellows di dalamnya yang dia sebut sebagai “Hand-Aeoline”.
Selama bertahun-tahun, kita telah melihat banyak sekali instrumen turunan dari akordeon original diciptakan, seperti concertina, bandoneon & the button accordion. Bahkan harmonium yang merupakan instrumen umum di berbagai gereja serta instrumen musik rumahan di mana udara udara mengalir dan melewati satu set balok tiup melalui bellow yang dioperasikan dengan kaki pada akhirnya menjadi cikal bakal awal untuk instrumen organ elektrik yang dikembangkan pada tahun 1930-an.
Berbagai pengaruh awal ini menyebabkan proses evolusi yang cepat dari akhir tahun 1800-an di mana akordeon bergaya piano pertama berkembang menjadi sebuah instrumen yang sekarang mencakup tombol bergaya piano dan sebuah bagian iringan bass yang kesemuanya dipasangkan ke instrumen tersebut dengan tali bahu. Inkarnasi akordeon dan penyempurnaannya selama bertahun-tahun telah membebaskan dan mendefinisikan instrumen tersebut untuk para pecinta akordeon murni. Kemampuan untuk mengekspresikan sebuah instrumen yang dikontrol dengan tekanan udara serta dipasangkan di depan dada Anda adalah kemampuan yang berbeda dari cara memainkan instrumen lain apapun di dunia. Karakteristik nada yang unik melintasi banyak budaya dan telah melampaui generasi musik secara global sejak tahun 1800-an.
“Musik adalah bahasa langka yang tidak terucapkan yang menghubungkan dan melampaui semua batasan.
Ini adalah bahasa yang akan saya gunakan ketika kata-kata telah gagal..” -Kerry Panara
Akordeon Akustik Modern
Akordeon ini benar-benar fenomena internasional. Produsen terkemuka Akordeon Piano akustik berasal dari Italia yang mewakili sekitar 75% dari pangsa pasar dunia, dengan sisa 25% diproduksi di Jerman, Rusia, Prancis, Amerika Serikat dan China. Secara umum, Akordeon membentuk sebuah bagian integral dari berbagai genre musik dan dari berbagai wilayah. Tango dari Amerika Selatan, Merengue & Cumbia, American Cajun, Western Swing, Alpine, French Musette, Balkan, dan Irish & Scottish Folk Music serta Jazz, dan masih banyak lagi. Hanya di China saja saat ini terdapat lebih dari 1 juta siswa yang belajar memainkan akordeon.
Dalam beberapa waktu terakhir, kita dapat melihat akordeon berkembang ke bidang musik yang lebih populer. Beberapa kontemporer modern yang telah menggunakan akordeon pada rekaman dan pertunjukan di atas panggung adalah The Beatles, Bob Dylan, Abba, The Rolling Stones dan Elvis Presley. Ini juga telah dilegitimasi dan diterima di bidang musik klasik dengan New York & London Philharmonic Symphony Orchestra, Boston Pops dan New Zealand Symphony Orchestra yang semuanya menampilkan akordeon dalam pertunjukan konser mereka. Akordeon ini menjadi lebih diterima secara luas sebagai instrumen unik alternatif yang dapat dengan mudah melintasi semua gaya musik.
Revolusi Digital
Kita saat ini dapat melihat teknologi digital yang terus melangkah maju secara stabil untuk menyapu semua yang ada di depannya, khususnya pada kelahiran instrumen tanpa tiup atau akordeon digital. Saya telah melihat, memainkan, dan memiliki berbagai akordeon digital selama bertahun-tahun dalam permainan musik saya. Namun, banyak dari mereka yang tidak tercipta seperti aslinya karena teknologinya belum dapat menangkap perilaku fisik serta realisme dalam hal nada akordeon & orkestra tersebut. Akordeon digital yang lebih tua memiliki masalah berat dan kurangnya mobilitas. Sebuah kontributor utama terhadap masalah ini yaitu adanya kebutuhan untuk menghubungkan akordeon ke kotak generator suara seukuran koper. Seperti kebanyakan orang lain, saya berhenti memainkan akordeon seperti pada banyak generasi saya ketika minat Australia pada akordeon secara spektakuler jatuh sebelum pergantian abad. Akordeon tersebut bukan lagi instrumen “keren” dan itu memberikan stigma buruk kepada instrumen tersebut selama bertahun-tahun. Untuk membuat instrumen ini tetap bertahan hidup dibutuhkan seseorang yang memiliki keberanian dan visi yang tidak hanya menarik bagi para purist, namun juga menarik para generasi muda untuk dapat merangkul, menerima dan memperluas akordeon ke masa depan ke dalam bidang-bidang baru dan bentuk-bentuk pertunjukan dan rekaman musik, serta menarik generasi tua yang ingin mempertahankan elemen tradisinya relatif terhadap era dan selera budaya mereka di masa lalu.
Melompat maju ke tahun 2004 dan kami melihat lompatan iman datang dari Ikutaro Kakehashi, pendiri Perusahaan Roland yang meluncurkan Digital Accordion pertama mereka – Roland FR-7. Teknologi virtual tersebut membutuhkan waktu pengembangan selama 9 tahun dan memperkenalkan pemodelan perilaku fisik, yaitu: kemampuan untuk menciptakan kembali berbagai karakteristik & perilaku suara akordeon akustik yang berbeda. Dalam pemrosesan algoritma yang kompleks ini seseorang dapat mengontrol dinamika volume, nuansa ekspresif dan pembentukan warna tonal berdasarkan sensor tekanan bellow beresolusi tinggi yang akan merespon sesuai dengan gaya bermain Anda. Sebagai pemain berpengalaman, adanya sedikit perubahan dalam pengendalian teknik bellows membuat saya cukup mudah untuk beradaptasi dengannya. Selain terobosan teknologi, aspek-aspek lain seperti kemampuan untuk berlatih dalam keheningan menggunakan headphone, memperluas dan meningkatkan suara, baterai yang dapat diisi ulang dan opsi penyetelan yang disesuaikan, model berukuran lebih kecil seperti FR-3x & FR-1x untuk menawarkan lebih banyak fleksibilitas dalam pilihan model, mendorong akordeon ke ranah digital, dan pada saat yang sama memberitahukan hal tersebut kepada para produsen akordeon akustik.
Menyalakan kembali Bara Api
Instrumen digital ini menarik saya keluar dari “masa pensiun” untuk akordeon saya. Saya mendapati diri saya kembali jatuh cinta dengan permainannya setelah meninggalkannya selama hampir 10 tahun. Instrumen ini memungkinkan saya untuk akhirnya melibatkan diri pada gaya musik favorit saya di mana saya tidak pernah bisa menciptakannya kembali di masa lalu karena adanya batasan dalam memiliki satu akordeon akustik saja. Saya saat ini terjerembab ke dalam kenyataan di mana saya benar-benar memainkan lagu-lagu musette Prancis otentik favorit saya, musik ayunan Cajun, tango Argentina dan tentu saja lagu-lagu Italia favorit ayah saya. Selain itu, saya sekarang dapat menggabungkan suara orkestra dan menetapkan (assign) suara bass akustik/orkestra untuk menambahkan kedalaman suara serta menambahkan pendekatan permainan kontemporer imajinatif saya ke library (perpustakaan) musik akordeon saya yang luas. Secara tiba-tiba, semua keterbatasan masa lalu pada saat ini menjadi tak dapat dibendung lagi.
Visi Mr. Kakehashi telah membantu menyegarkan kembali akordeon dan memperbarui minat para generasi muda saat ini yang mencari instrumen alternatif untuk menemukan gaya musik baru serta menginspirasi pemain generasi tua seperti saya untuk merangkul teknologi dan menikmati keajaiban ini dalam kemajuan teknologi. Bagi mereka yang mempertimbangkan pilihan digital dibanding akustik, pikirkan aplikasi & kebutuhan pribadi diri Anda sendiri. Akordeon Digital tidak berada di sini untuk menggantikan Akustik, mereka adalah perpanjangan alami dari hal ini dan kita sekarang hidup dalam masyarakat yang haus teknologi yang mencari produk-produk menarik untuk menginspirasi kita, serta mencari cara untuk menikmati dan memenuhi tuntutan musik kita di level permainan apapun.
Sebuah fakta yang menarik yaitu kita dapat melihat adanya penerimaan dan pergeseran besar ke instrumen digital lainnya seperti piano dan drum, akordeon pun tidak terkecuali. Roland telah mengubah batasan ini lebih tinggi. Mengingat adanya kesuksesan FR7 pertama pada tahun 2004, maka sejak saat itu, kita telah melihat adanya perkembangan yang stabil dari berbagai model yang lebih baru diluncurkan dan adanya peningkatan lebih lanjut untuk menjembatani kesenjangan antara akordeon akustik dan juga digital.
Penawaran terbaru yaitu FR-8X yang pada akhirnya saya miliki dan akan saya tulis ulasannya dalam 2 bagian artikel pada awal tahun 2015. Saya harap ulasan ini akan memberikan beberapa wawasan awal & informatif untuk mendorong mereka yang mungkin tertarik untuk mengejar akordeon digital sebagai pilihan alternatif.